Thursday, February 14, 2013


Minggu 10 Februari 2013
Sudah satu minggu ini saya tidak menulis untuk blog. Hari-hari sebelumnya saya kecapean, jadi mood buat nulis sendiri dan waktu nya juga tidak membuat saya semangat untuk bercerita. Maaf ya. Beberapa hari ini juga saya dilanda rasa malas, seperti yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya. Tetapi setelah malas itu untung saya diperlihatkan kembali pada sosok pacar saya yang kewalahan mengurus judul untuk skripsi nya. Dia sangat berusaha keras. Dia terus membaca bahan-bahan yang akan dia jadikan judul. Saya bukan nya sotoy. Saya sendiri melihat tab dari browsing internetnya dipenuhi oleh bahan bacaan. Dan bacaan dari topiknya sendiri berhubungan dengan kebijakan dan birokrasi. Ya! Memang sukar. Dan sangat memusingkan. Untuk saya ini akan menjadi mimpi buruk bahkan untuk dia sendiri ini adalah bagian yang paling mengesalkan dari hidup nya. Kamu tau apa yang membuanya lebih mengesalkan lagi? Perjalanan dia tidak mulus. Berulang kali dosen nya menolak judul yang dia ajukan. Kita yang tidak mengerti akan menganggapnya enteng-enteng saja. ‘Cari aja judul lain’ mungkin seperti itu. Tapi dalam kasus ini yaitu tentang jurusan dan karena dosen pembimbing dia. Bagian ini tidak pernah menjadi mudah sama sekali. Karena dia sendiri bilang dalam masalah ini dia diperintahkan untuk melihat sesuatu dari program dahulu. Bukan lah dari fenomena. Saya tidak begitu mengerti, yang jelas dari cerita dan kondisi dia, dia amat kesusahan. Dia harus melihat program, setelah itu menentukan di mana dia akan melakukan penelitian, setelah itu mengobservasi tempat tersebut, apakah ada atau tidak masalah yang dapat dibahas. Eit. Saya belum selesai, dari proses tersebut dia harus melewati alur birokrasi terlebih dahulu. Baik melalui dinas lalu ke kesbang (kesejahteraan bangsa) lalu ke kantor pemerintahan lain (dinas kesehatan salah satu nya) mengajukan surat dan menunggu surat di tiap instansinya baru lah ke tempat penelitian. Lalu apa? Program dari tempat tersebut belum tentu bisa dijadikan sebagai tempat penelitian tergantung dari observasi dan masalah yang ada. Ribet? Memang. Kita tambah lagi dia telah ditolak berkali-kali, kita tambah lagi tempat penelitian yang jauh seperti ke Sumedang, Jatinangor, Cimahi, Kabupaten Bandung dan menulusuri kantor-kantor yang tentu berjauhan, belum lagi sering ada aparat yang tidak partisipatif, waktu yang dikorbankan untuk menunggu, belum lagi pikiran yang dikuras, belum lagi dalam penyusunan proposal penelitian, belum lagi masalah dosen pembimbing yang ketus. Ya. Masalah dia sangat berat sekali. Saya berusaha ada di samping dan ada ketika saat dia butuh. Kesehatannya pun sedang tidak baik. Terkadang dia sering sakit. Semoga Yang Maha Kuasa menguatkan dia dan memberi dia jalan. Saya mungkin tidak cukup untuk membantu nya. Tapi saya berusaha sekuat kemampuan saya. Dia sedang dalam keadaan yang drop. Saya pikir itu wajar. Saya pun pasti akan sangat jatuh dalam posisi dia. Keberadaan seseorang di samping nya setidaknya akan membantu nya sedikit untuk membangun semangat dia kembali. Aku berdoa yang terbaik untuk dia.
Dengan melihat hal itu. Saya pun tidak akan menyerah pada tujuan saya. saya ingin menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Tentu target besar saya adalah menjadi peternak belut dengan skala besar. Bagaimana dengan UTP? Sampai sekarang saya belum melanjutkan. Belum ada perkembangan yang berarti. Tetapi berhubungan dengan itu saya beberapa hari lalu melihat teman saya Antrop 2008 yang sedang sidang UP. Itu menginspirasi saya. Jujur. Saya jadi ingin cepat-cepat lagi membereskan UTP saya dan kuliah yang bener semester ini. Lalu sudah di lanjutkan UTP nya? Belum. Haha. Padahal ada kata-kata dari pacar saya yang membuat saya merasa tertampar : “Kamu kan gak ada kesulitan Birokrasi, udah sampe mana UTP-nya? Jangan males-malesan.” Aku merasa tergerak tentu nya. Tapi apa dia tidak sadar kalo saya ini sangat fokus untuk membantu dia dan menyemangati dia karena sedang drop. Baru urusan saya sendiri. Haha mungkin dia sadar, hanya saja ekspresi nya beda. Jadi saya salah paham.

No comments:

Post a Comment